PENDAHULUAN
Puji syukur kepada
Tuhan yang Mah Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Lingkungan.
Dalam makalah ini membahas tentang Landasan perkembangan penduduk indonesia,
pertambahan penduduk dan lingkungan pemukiman, pertumbuhan penduduk dan tingkat
pendidikan, pertumbuhan penduduk dan penyakit yang berkaitan dengan lingkungan
hidup, pertumbuhan penduduk dan kelaparan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Saya
menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita. Amin.
PERKEMBANGAN
PENDUDUK INDONESIA
A.
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk
adalah sejumlah atau sekelompok orang yang memiliki satu karakteristik atau
lebih yang sama untuk semua orang.
Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia adalah orang atau sekumpulan orang-orang yang
mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat
lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat
golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan
tamu.
Selain
itu yang mendasari perkembangan penduduk di indonesia adalah banyaknya
masyarakat yang menikahkan anaknya yang mkasih muda. Dan gagal nya program
keluarga berencana yang diusung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk.
Maka
yang melandasi perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya kelahiran di
bandingkan dengan kematian dan banyaknya imigran dari desa ke kota yang
menumpuknya manusia di kota dan sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya
imigran dari desa ke kota dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan
pekerjaan dibandingkan dengan di kota-kota yang membuat orang desa mencari
makan di kota dan menyebabkan banyaknya atau menumpuknya orang di kota.
B.
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Penataan ruang tidak lagi semata menjembatani
kepentingan ekonomi dan sosial. Lebih jauh dari kedua hal itu (ekonomi dan
sosial), penataan ruang telah berubah orientasinya pada aspek yang benar-benar
berpihak untuk kepentingan lingkungan hidup, sebagai konsekuensi keikut-sertaan
Indonesia pada upaya menekan pemanasan global. Dalam UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, telah ditegaskan mengenai tujuan penyelenggaraan
penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, serta menciptakan keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan.
Penataan ruang yang berpihak pada lingkungan
hidup perlu ditegakkan bersama karena sebelumnya, logika penataan ruang yang
hanya mengikuti selera pasar, dalam kenyataan telah mengancam keberlanjutan.
Hal ini dapat dicermati dari keberadaan lahan-lahan produktif dan kawasan
buffer zone berada dalam ancaman akibat konversi lahan secara besar-besaran
untuk kepentingan penyediaan lahan yang mempunyai land rent tinggi seperti
peruntukan lahan untuk permukiman, industri, perdagangan serta pusat-pusat
perbelanjaan. Diperkirakan sekitar 15 ribu – 20 ribu ha per tahun lahan
pertanian beririgasi beralih fungsi menjadi lahan non pertanian, serta tidak
sedikit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terdegradasi. Berdasarkan data
(Bappenas, 2002) terdapat sekitar 62
Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara
rinci dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang
cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
(1)
Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik.
Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas
bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah.
Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi
konsentrasi produksi limbah.
(2)
Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi
dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri
dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport.
Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport
yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri
dan limbah transport.
(3)
Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan
pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan
pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene
merupakan sumber pencemaran. Untuk masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya
pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan
lahan pertanian juga akan meningkat. Sehingga ekploitasi hutan untuk membuka
lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi
menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap
lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan lahan mengalami percepatan.
Yang tadinya memakan waktu 25 tahun, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan
penduduk terhadap lahan maka bisa berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan
yang baru ditinggalkan belum pulih kesuburannya.
(4)
Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya.
Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini terutama lahan
dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya
lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan
makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber
daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar
pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan pada umumnya makin
besar pula pencemaran.
C.
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Setiap
tahunnya seluruh negara di dunia mengalami pertumbuhan penduduk, salah satunya
di Indonesia. Seiring bertambahnya penduduk yang tidak terkontrol mengakibatkan
adanya masalah-masalah sosial,salah satunya adalah tingkat pendidikan.Pada
Negara-negara berkembang pendidikan merupakan masalah yang serius.Diketahui
bahwa tingkat pendidikan pada Negara-negara berkembang masih relative
rendah,Sehingga penduduk kurang mengetahui keadaan-keadaan sosial bagi
kehidupan masyarakat.Umumnya penduduk yang pendidikannya relative rendah ,pada
suatu ketika jika membentuk suatu keluarga mereka mempuyai banyak
anak,sedangkan anak-anak tersebut belum tentu mendapat pendidikan yang layak.
pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif
dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan sangat penting karena untuk
memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan adanya pertumbuhan dan tingkat
pendidikan kita bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemikiran kita tentang
pendidikan. Dengan demikian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat (derajad) antara tingkat pendidikan penduduk dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi.
D.
Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang
Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Kesehatan
manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa
kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang
kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian
lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses
pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat,
sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banya
Dalam
masalah penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang
melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun
pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang
menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang
mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk
menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih
banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam
semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha
secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk organisasi-organisasi,
individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan
sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti
semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi
keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang
rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan
makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena
kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang
rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah-
seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau
supir-supir yang mabuk.
E.
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
Kekurangan
gizi dan angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di
Asia dan Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu,
kata sebuah laporan badan kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan
Tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015
berdasarkan kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati
ada beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap
ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk
sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang
kronis, kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang paling
akhir– jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan
15 juta di Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di
Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai sembilan persen antara tahun
1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen). Lebih dari separuh
anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara
berkembang tahun 2003 tetap sepertiga. “Meningkatnya pertambahan penduduk dan
produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di
kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu. Kelaparan cenderung terpusat di
daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak memilki tanah atau para
petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup
mereka,” tambah dia.
F.
Kemiskinan dan Keterbelakangan
Secara
sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga
faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur
yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan
dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah
pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang
harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin
dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang,
jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah
serta mengabaikan kerja keras.
Kesadaran
ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa
ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan
beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Kesadaran
keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami
jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran
fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara
sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran dalam konteks dunia
dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan, wajib diubah. Bahkan,
kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia.
Faktor
penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan
karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan
oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil.
Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut "kemiskinan
struktural". Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok
struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem
yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan
sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan
kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man
in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.
Kondisi
masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia.
Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh.
Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan,
dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan
strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam
konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya
jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia.
Meskipun
persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur
yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor
manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula.
Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas
mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar
pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia
agar menjadi kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar