Sabtu, 30 September 2017

SOFTSKILL 1 (EVOLUSI ARSITEKTUR KOMPUTER)

Sejak dahulu, proses pengolahan data telah dilakukan oleh manusia. Manusia juga menemukan alat-alat mekanik dan elektronik untuk membantu manusia dalam penghitungan dan pengolahan data supaya bisa mendapatkan hasil lebih cepat.Komputer yang kita temui saat ini adalah suatu evolusi panjang dari penemuan-penemuan manusia sejak dahulu kala berupa alat mekanik maupun elektronik.
Saat ini komputer dan piranti pendukungnya telah masuk dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaan.Komputer yang ada sekarang memiliki kemampuan yang lebih dari sekedar perhitungan matematik biasa. Diantaranya adalah sistem komputer di sentral telepon yang menangani jutaan panggilan dan komunikasi, jaringan komputer dan internet yang menghubungkan berbagai tempat di dunia.
Sejarah Komputer menurut generasinya adalah
- Alat Hitung Tradisional dan Kalkulator Mekanik
- Komputer Generasi Pertama
- Komputer Generasi Kedua
- Komputer Generasi Ketiga
- Komputer Generasi Keempat
- Komputer Generasi Kelima

A.      Alat Hitung Tradisional
Yang muncul sekitar 5000 tahun yang lalu di Asia kecil dan masih digunakan dibeberapa tempat hingga saat ini dapat dianggap sebagai awal mula mesin komputasi.Alat ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan perhitungan menggunakan biji-bijian geser yang diatur pada sebuah rak.Para pedagang di masa itu menggunakan abacus untuk menghitung transaksi perdagangan.Seiring dengan munculnya pensil dan kertas,terutama di Eropa,abacus kehilangan popularitasnya.
Pada masa berikutnya,beberapa insinyur membuat penemuan baru lainnya.Vannevar Bush (1890-1974) membuat sebuah kalkulator untuk menyelesaikan persamaan differensial di tahun 1931.Mesin tersebut dapat menyelesaikan persamaan differensial kompleks yang selama ini dianggap rumit oleh kalangan akademisi.Mesin tersebut sangat besar dan berat karena ratusan gerigi dan poros yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan.Pada tahun 1903, John V. Atanasoff dan Clifford Berry mencoba membuat komputer elektrik yang menerapkan aljabar Boolean pada sirkuit elektrik.

B.    Komputer Generasi Pertama
Komputer Generasi pertama dikarakteristik dengan fakta bahwa instruksi operasi dibuat secara spesifik untuk suatu tugas tertentu. Setiap komputer memiliki program kode-biner yang berbeda yang disebut "bahasa mesin" (machine language).Hal ini menyebabkan komputer sulit untuk diprogram dan membatasi kecepatannya. Ciri lain komputer generasi pertama adalah penggunaan tube vakum (yang membuat komputer pada masa tersebut berukuran sangat besar) dan silinder magnetik untuk penyimpanan data.

C.    Komputer Generasi Kedua
Pada tahun 1948,penemuan transistor sangat mempengaruhi perkembangan komputer. Transistor menggantikan tube vakum di televisi, radio,dan komputer.Akibatnya,ukuran mesin-mesin elektrik berkurang drastis.Transistor mulai digunakan di dalam komputer mulai pada tahun 1956. Beberapa bahasa pemrograman mulai bermunculan pada saat itu. Bahasa pemrograman Common Business-Oriented Language (COBOL) dan Formula Translator (FORTRAN) mulai umum digunakan.

D.   Komputer Generasi Ketiga
Walaupun transistor dalam banyak hal mengungguli tube vakum, namun transistor menghasilkan panas yang cukup besar. Jack Kilby, seorang insinyur di Texas Instrument,mengembangkan sirkuit terintegrasi (IC: integrated circuit) di tahun 1958. IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa.Para ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponenkomponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor.Hasilnya, komputer menjadi semakin kecil karena komponen-komponen dapat dipadatkan dalam chip.

E.    Komputer Generasi Keempat
Setelah IC,tujuan pengembangan menjadi lebih jelas yaitu mengecilkan ukuran sirkuit dan komponen- komponen elektrik.Large Scale Integration (LSI) dapat memuat ratusan komponen dalam sebuah chip. Perkembangan yang demikian memungkinkan orang-orang biasa untuk menggunakan komputer biasa.Komputer tidak lagi menjadi dominasi perusahaanperusahaan besar atau lembaga pemerintah. Pada masa sekarang, kita mengenal perjalanan IBM compatible dengan pemakaian CPU: IBM PC/486,Pentium,Pentium II,Pentium III,Pentium IV (Serial dari CPU buatan Intel). Juga kita kenal AMD k6,Athlon, dsb.Ini semua masuk dalam golongan komputer generasi keempat. Seiring dengan menjamurnya penggunaan komputer di tempat kerja,cara-cara baru untuk menggali potensi terus dikembangkan.Seiring dengan bertambah kuatnya suatu komputer kecil, komputer-komputer tersebut dapat dihubungkan secara bersamaan dalam suatu jaringan untuk saling berbagi memori, piranti lunak,informasi, dan juga untuk dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

F.    Komputer Generasi Kelima
Mendefinisikan komputer generasi kelima menjadi cukup sulit karena tahap ini masih sangat muda.Contoh imajinatif komputer generasi kelima adalah komputer fiksi HAL9000 dari novel karya Arthur C. Clarke berjudul 2001:Space Odyssey.HAL menampilkan seluruh fungsi yang diinginkan dari sebuah komputer generasi kelima. Dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence),HAL dapat cukup memiliki nalar untuk melakukan percapakan dengan manusia, menggunakan masukan visual, dan belajar dari pengalamannya sendiri.

G.   Komputer Generasi Keenam
Dengan Teknologi Komputer yang ada saat ini,agak sulit untuk dapat membayangkan bagaimana komputer masa depan.Dengan teknologi yang ada saat ini saja kita seakan sudah dapat “menggenggam dunia”.Dari sisi teknologi beberapa ilmuwan komputer meyakini suatu saat tercipta apa yang disebut dengan biochip yang dibuat dari bahan protein sitetis.Robot yang dibuat dengan bahan ini kelak akan menjadi manusia tiruan.
Secara prinsip ciri-ciri komputer masa mendatang adalah lebih canggih dan lebih murah dan memiliki kemampuan diantaranya melihat,mendengar,berbicara,dan berpikir serta mampu membuat kesimpulan seperti manusia.Ini berarti komputer memiliki kecerdasan buatan yang mendekati kemampuan dan prilaku manusia.


Kamis, 06 April 2017

SELF-TEST ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI


SelfTest Halaman 107-108
12. Linear power amplifiers are used to raise the power level of Low Level AM and SSB Signals.
13. A Mosfet power amplifier is used to increase the power level of an FM signal.
14. Linear power amplifier operate class A,B, and AB
15. A class A transistor power amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated in the transistor is 13.5 W
16. Class A amplifier conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17. True or false. With no input, a class B amplifier does not conduct. FALSE
18. Class B RF power amplifiers normally used a(n) Broadband configuration.
19. A class C amplifier conducts for approximatly 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20. In a class C amplifier, collector current flows in the form of positive pulses.
21. In a class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) Timed Circuit.
22. The efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23. The tuned circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate Induced Voltage.
24. A class C amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency is called a(n) Flywheel effect.
25. Frequency multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5MHz. The output is 120 MHz.
26. A class C amplifier has DC supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8A. The power input is 50.4 W

SelfTest Halaman 150-151
53. RF amplifier provide initial RF Amplifier  and Mixer in a receiver but also add Related Tune Circuits.
54. A low-noise transistor preferred at microwave frequencies is the FET made of Metal Semiconductor.
55. Most of the gain and selectivity in a superhet is obtained in the IF amplifier.
56. The selectivity in an IF amplifier is usually produced by using Ferrite-core transformers between stages.
57. The bandwidth of a double-tuned transformer depends upon the degree of coupling between primary and secondary windings.
58. In a double-tuned circuit, minimum bandwidth is obtained with under coupling, maximum bandwidth with critical coupling and peak output with over or optimum coupling.
59. An IF amplifier that clips the positive and negative peaks of a signal is called a(n) limiter.
60. Clipping occurs in an amplifier because the transistor is driven by a high-level signal into Single transistor stage.
61. The gain of a bipolar class A amplifier can be varied by changing the positive peaks and negative peaks.
62. The overall RF-IF gain of a receiver is approximately 89 dB.
63. Using the amplitude of the incoming signal to control the gain of the receiver is known as AGC Voltage gen.
64. AGC circuits vary the gain of the IF amplifier.
65. The DC AGC Voltage is derived from a(n) AGC circuit connected to the demodulator or IF output.
66. Reverse AGC is where a signal amplitude increase causes a(n) AGC Voltage in the IF amplifier collector current.
67. Forward AGC uses a signal amplitude increase to positive voltage the collector current,which decreases the IF amplifier gain.
68. The AGC of a differential amplifier is produced by controlling the current produced by the Constant Current Source transistor.
69. In dual-gate MOSFET IF amplifier, the dc AGC Voltage is applied to the R1 to gate 2.
70. Another name for AGC in an AM receiver is Dual Gate MOSFET.
71. In an AM receiver, the AGC voltage is derived from the IF Signal.
72. Large input signals cause the gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73. An AFC circuit corrects for frequency drift in the feedback control circuit.
74. The AFC DC control voltage is derived from the output of the demodulator circuit in a receiver.
75. A(n) Demodulator is used in an AFC circuit to vary the LO frequency.
76. A circuit that blocks the audio until a signal is received is called a(n) squelch circuit.
77. Two types of signals used to operate the squelch circuit are audiotone and audiosignal.
78. In a CTCS system, a low-frequency frequency tone is used to trigger the squelch circuit.

79. A BFO is required to receive CWCode and SSB Signals.

RANGKUMAN ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

Amplifier common-emitter(CE)
Amplifier CE dengan rangkaian output dan input adalah kapasitor pemblokir dc dengan reaktans yang dapat diabaikan pada frekuensi tmggi. Resistor bias RBIAS memasok arus bias ke base.
Rangkaian ekivalennya menggunakan rangkaian ekivalen hybrid- untuk transistor. 
Dari rangkaian ekivalen resistans output transistor dan resistans beban-nya berada dalam 
keadaan paralel dengan rangkaian tertala output. komponen pada Sisi outputnya dapat 
dikelompokkan dalam satu bentuk admittans sebagai 


Persamaan arus untuk simpul outputnya adalah 


Dari ini gain voltage-nya adalah 


ekspresi untuk gain menjadi 


Admittans keluarannya dapat ditulis dalam bentuk persamaan :


dimana 


Term terakhir disisi sebelah kanan adalah kebalikan dari resistans dinamis ada rangkaian tertala saja,
 tetapi termasuk kapasitans transistornya. Efek redam resistans ouput dan resistans beban transistor
 diperhitungkan dalam penghitungan resistans dinamis efektif RD2 eff. Faktor Q efektif rangkaian output adalah :

Jadi gain dapat ditulis sebagai 
 




Kopel output
Hubungan ke pengeluaran rangkaian tertala dapat juga dikopel sedemikian rupa untuk mengurangi redaman.
Penguatan tegangan dari terminal b'—e ke output adalah :
Dimana:
Zt adalah impedans transfer 
A adalah gain yang diacukan pada internal terminal b'—e. 

Amplifier Common-base 
Efek kapasitor umpan balik  dapat dinul-kan sama sekali dengan menghubungkan transistor
 dalam konfigurasi common-base tampak paralel dengan kapasitans output Cc dan karena itu tidak
 menyumbang kepada kapasitans input.
Oleh karena itu maka resistans input untu rangkaian CB iauh lebih kecil daripada yang untuk
 rangkaian CE yang diberikan oleh .
 Resistans output untuk rangkan CE timbul di antara kollektor dan emitter. Ini lebih tinggi
 daripada resistans output CE.
 Karena nilainya yang sangat tinggi,resistans output dapat diabaikan bagi kebanyakan 
maksud praktis. Karena itu gain arus
 hubung pendek untuk amplifier CB adalah :


Pada resonansi tidak ada pergeseran fase dengan amplifier CB,yang kontras dengan amplifier CE yang menggeser fase 180. Besarnya gain itu adalah kurang lebih sama bagi kedua konfigurasi. Penguatan daya tahap CB yang tersedia lebih rendah dari yang untuk tahap CE, yang membatasi kegunaannya sebagai amplifierujung depan.

Penguatan Daya yang Tersedia
Penguatan daya tinggi tersedia diperlukan untuk mempertahankan faktor noise rendah dengan amplifier cascade (formula Friis).
 Perkiraan mengenai penguatan daya amplifier CB dan CE tersedia itu dapat dibuat sbb. Daya tersedia dari sumber adalah :


Daya tersedia pada keluaran 

Penguatan daya tersedia 

Untuk kedua rangkaian CB maupun CE, 

Karena resistans output transistornya tinggi dalam kedua kasus itu, maka resistans output kedua kasus itu
 akan merupakan yang ada pada rangkaian tertala kolektor.
Penguatan daya tersedia untuk amplifier CE lebih besar dari pada amplifier CB. Oleh sebab itu maka amplifier CE
 lebih disukai untuk tahap masukan pesawat penerima low-noise.
 
Amplifier Cascode
Amplifier common emitter dan common base dapat di kombinasikan untuk membentuk sebuah unit amplifier yang
 mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil. Unit kombinasi ini dikenal sebagai amplifier cascode.
Sebuah amplifier cascode komponen biasnya dibuang untuk penyederhanaan. Transistor membawa 
arus kolektor yang sama dan karena itu akan mempunyai transkonduktans yang sama pula. Beban efektif 
yang tampak pada tahap CE adalah resistans input tahap CB. Input resistan tahap CB adalah  maka secara keseluruhan amplifier
 cascode itu memiliki ciri-ciri kinerja yang serupa dengan yang dimiliki oleh amplifier CE tetapi dengan kestabilan dan karena
 itu penguatan tegangan tersedia tinggi.
 
Rangkaian Ekivalen hybrida- untuk FET
Field effect transistor (FET) lebih sederhana dari bipolar junction transistor (BJT)karena sangat tingginya impedans input yang
 diberikan oleh gerbang kontrol. Eksternal terminal di beri label G untuk gate (gerbang), S untuk source (sumber), dan D untuk drain(pembuangan).
Kapasitans penala input adalah  , kapasitans penala output adalah . Rangkaiannya dapat lebih jauh dikurangi lagi. Dimana
 persamaan simpilnya dalam bentuk matrik adalah :

Atau
I = YV
Maka tegangannya
V = Y-1 I
 
Rangkaian pencampur (Mixer) 
Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain.
 Ada sejumlah alasan mengapa pengubahan frekuensi itu diperlukan,
 dan kenyataannya sejumlah proses mixing dipergunakan dalam penerapan khusus, 
yang tampil dengan nama berbeda. Modulasi,demodulasi,dan multiplikasi
 frekuensi merupakan beberapa contoh ini, yang akan diliput dalam bab kemudian.
 Istilah mixer pada umumnya dicadangkan untuk rangkaian yang mengubah sinyal 
frekuensi radio ke suatu nilai madya (yang dikenal sebagai intermediate frequency atau IF).
 Ciri umum rangkaian ini diliput dalam bagian ini. 
Beberapa tipe mixer (terutama yang digunakan untuk microwave) tersedia dalam
 bentuk unit paket, dengan masukan ports yang berlabel RF dan LO dan output port berlabel IF.
 Dalam aplikasi hanya masukan RF dan output IF saialah yang siap untuk dapat dikenali. 
Semua rangkaian mixer memanfaatkan kenyataan bahwa apabila dua sinyal sinusoidal
dikalikan bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yang dijumlahkan dan yang 
dikurangkan atau selisihnya. Ini dapat diperagakan sebagai berikut. Biarkan sinyal osilatornya 
direpresentasikan oleh 

dan sinyal RF-nya oleh 

Perkalian kedua sinyal itu memberikan 

Akan terhihat bahwa tidak satupun dari kedua frekuensi masukan itu hadir dalam keluaran,
 yang ada hanya frekuensi penjumlahan dan pengurangan saja. 

Linear amplifier dan kelas C amlipier
Terdapat 2 tipe dasar dari power amplifier yng digunakan pada transmitter, yaitu :
1. AMPLIFIER LINEAR
LINEAR AMPLIFIER menyediakan outputsignal yang identik, namun lebih besar dari input. Outputnya secara langsng proporsional dengan input. Sehingga dapat dikatakan bahwa linear amplifier menghasilkan gelombang yan tepat sama seperti input namun dengan daya yang lebih tinggi. Linear amplifier biasa dingunakan sebagai amplifier audio.
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum linear amplifier digunakan untuk meningkatkan daya dari gelombang yang berbeda amplitudo seperti sinyal AM rendah dan sinyal SSB. Sedangkan untuk sinyal termodulai frekuensi yang tidak mengalami perbedaan amplitudo akan lebih cocok dan efisien jika menggunakan AMPLIFIER KELAS C NON-LINEAR.
LINEAR AMPLIFIER memiliki 3 jenis kelas, yaitu :
- Amplifier Kelas A

Merupakan amplifier yang akan selalu aktif karna berada pada bias aktif. Hal tersebut diperuntukan agar arus collector berubah-ubah sesuai dengan input yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa amplifier kelas A outputnya merupakan hasil penuatan linear inputnya, dan pada umunya amplifier kelas menggunakan 360 dari input gelombang sinus. Amplifier kelas A memiliki efisiensi paling rendah sehingga penguatannya paling lemah dari kelas lainnya. Biasanya digunakan untuk buffer amplifier.

Pada rangkaian buffer amplifier ini input sinyal carrier masuk pada bagian capasitor, dan bias diperoleh dari R1, R2 dan R3. Bagian collect di tala oleh rangkaina LC pada frekuensi resonansi.
Amplifier kelas A daya besar di desain untuk frekuensi tertentu, yang diset oleh input dan rangkaian tala output.
Sebuah amplifier kelas A dapat mencapai efisiensi hingga 50%. Sehungga hanya setengan daya DC yang di konversi dalam bentuk RF.
- Amplifier Kelas B

Amplifier kelas B terbiaskan pada kondisi cut off sehingga tidak ada arus pada collector. Transistor hanya menggunakan 180 dari input sinyal sinus. Sehingga hanya setengah dari gelombang tersebut yang mengalami penguatan. Amplifier ini bekerja dengan menggunakan dua buah penguat kelas B yang dihubungkan dengan push-pull sehinga input positif dan negatif dikuatkan secara serentak hal ini juga berguna untuk mengurangi distorsinyal input. Amplifier kelas B lebih efisien dari A.Amplifier kelas B menggnakan hubungan push-pull agara dapat menghasil daya yang lebih besar terkadang juga menggunakan 2 amplifier yang dihubungkan secara paralel. Dikarenakan transistor RF memiliki batas atas daya hingga ratusan watt.
Amplifier kelas B untuk frekuensi broadband biasa menguatkan sinyal hingga level frekuensi yang besar range antara 2 hingga 30 Mhz. Jika terdapat sinyal daya lemah atau SSB sinyal dapat diolah hingga frekuen si yang dinginkan sebeleum masuk ke antena , karna pada kelas B terhubung secara push-pull daya dapat ditingkatkan hingga ratusan watt.
- Kelas AB Amplifier

Amplifier ini bekerja pada keadaan bias hampir cut0off. Sehingga collector tetap dialiri arus yang kontinu. Amplifier ini menggunakan lebih dari 180 namun kurang dari 360 dari sinyal input. Amplifier kelas AB juga terhubung dalam hubungan push-pull namun lebih efisien dari kelas B Dan lebih linear.
2. AMPLIFIER KELAS C


Amplifier kelas C lebih cocok digunakan untuk gelombang yang dimodulasikan frekuensi. Dari seluruh kelas amplifier, kelas C adalah kelas yang memiliki efisiensi terbaik. Menghasilkan daya yang lebih baik. Dalam cara kerja amplifier kelas C ini mendistorsi sinyal input sehingga, Amplifier kelas C menggunakan rangkaian resonansi LC untuk mengurangi distorsi sinyal input. Amplifier kelas C merupakan kunci dari transmitter AM dan FM. Biasa digunakan untuk menguatkan daya sinyal pada driver, frequency mulitipliers, dan final amplifier.
MOSFET AMPLIFIER
Salah satu bentuk amplifier RF yang terhubung secara Push-pull adalah MOSFET Amplifier. Rangkaian ini menggunakan 2 MOSFET daya dan dapat menghasilkan output hingga 1kWatt dengan range frekuensi 1-90MHz, dengan gain 12 dB, dengan input sebesar 63 Watt. Pada rangkaian ini dibutuhkan trafo toroida pada bagian input dan output untuk mencocokan impedansi. Namun rangkaina ini belum ditala.

AMPLIFIER PADA RECEIVER
Pada receiver biasanya terdapat RF Amplifier, mixer dan rangkaian penala. Disusun oleh omponen yang memiliki noise rendah hal ini diperuntukan agar dapat mamastikan rasio S/N yang cukup. Dibanyak receiver komunikasi RF biasanya tidak digunakan. Namun receiver biasanya didesain untuk frekuensi yang lebih rendah dari 30MHz, karena gain yang berlebih tidak dibutuhkan karna hanya akan memberikan banyak noise. Sehingga amplifier RF biasanya tidak disertakan di receiver. Dan antena tersambung langsung pada mixer input melalui rangkaian penala. Rangkaian penala harus menyediakan kebutuhan pemilihan yang sesuai degan image rejection. Pada receiver tipe ini mixer harus berjenis low-noise. Sekarang ini kebanyakan mixer menggunakan MOSFET


 

Kamis, 16 Maret 2017

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

Induktansi diri dan Induktansi bersama
Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl. Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri dinamakan ggl induksi diri.

Induktansi Diri
Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan.
Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan :
dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per detik.

Induktasi Bersama
Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada Gambar 4, maka sebuah arus tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ yang mengitari kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut.

Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding lurus dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus dengan kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada kumparan 1, dapat dinyatakan:
Induktansi bersama mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 - 1878). Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:



Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan antara kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua kumparan tersebut. Contoh lainnya diterapkan pada beberapa jenis pemacu jantung, untuk menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien.

Rangkaian Penala (Tuner)
Tuner atau Penala berfungsi untuk memilih kanal / stasiun dengan cara merubah gelombang radio yang diterima antena menjadi signal IF (Intermediate Frequency). Didalam Tuner terdapat 3 rangkaian utama, yaitu : (1) Penguat frekuensi tinggi / Penguat RF (RF Amplifier), (2) Pencampur (Mixer) dan (3) Osilator lokal (Local Oscillator).



Penguat Frekuensi Radio (Penguat RF)
Penguat frekuensi tinggi, seperti namanya, berguna untuk menguatkan sinyal frekuensi radio yang diterima oleh antena. Penguat RF ini harus memiliki karakteristik penguatan yang merata pada seluruh bidang frekuensi dan memiliki perbedaan penguatan antar kanal yang sekecil mungkin. Karena rasio S/N (perbandingan sinyal terhadap noise) ditentukan oleh penguat RF ini, maka penguat RF harus memiliki penguatan (gain) yang cukup besar, tetapi juga harus tetap menghasilkan distorsi yang kecil jika ternyata gelombang yang diterima sudah cukup besar, untuk itulah maka ditambahkan rangkaian kontrol penguatan otomatis (AGC / Automatic Gain Control) yang diumpan-balik kan pada rangkaian RF ini.

Pencampur (Mixer)
Fungsi mixer adalah mencampur gelombang radio yang diterima antena yang telah dikuatkan oleh Penguat RF dengan keluaran osilator lokal sehingga diperoleh signal IF (intermediate frequency) yang merupakan selisih dari kedua frekuensi yang dicampur tersebut. Frekuensi pembawa sinyal yang dikeluarkan rangkaian mixer ini adalah dibuat tetap sebesar 38,9 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa gambar yang didalamnya juga terdapat sinyal singkronisasi dan frekuensi sebesar 33,4 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa suara.

Osilator Lokal (Local Oscillator)
Fungsi osilator lokal adalah membangkitkan frekuensi yang nantinya dicampur dengan frekuensi yang diterima antena sehingga didapat frekuensi IF, frekuensi osilator lokal dapat diubah-ubah sesuai dengan kanal / saluran yang dipilih.Osilator lokal harus sangat stabil, karena jika osilator lokal mudah tergeser maka gambar dan suara tidak dapat direproduksi dengan sempurna. Untuk mendapatkan ke-stabilan ini maka ditambahkan rangkaian kontrol AFT (Automatic Frequency Tuning) atau AFC (Automatic Frequency Control) yang berguna untuk mendeteksi penggeseran frekuensi pembawa sinya IF gambar yang kemudian di umpan-balikkan ke osilator lokal, sehingga osilator lokal di-stabilkan oleh tegangan umpan-balik tersebut (tegangan AFT / AFC).


Kaki-kaki Pada Tuner (Pin-pin pada tuner)
Pada beberapa type, tuner memiliki kaki lebih dari 15 pin, namun beberapa yang lain hanya memiliki 5 pin saja, banyak sedikitnya pin tergantung seberapa komplek rangkaian pada tuner tersebut, karena ada beberapa tuner yang sudah digabungkan dengan penguat IF nya dalam satu blok, sehingga kaki-kaki dari tuner tersebut menjadi banyak. Secara umum tuner memiliki kaki dengan fungsi IF, B+, AGC, AFT, VT dan pemilih BAND. Berdasarkan fungsi kaki ini, khususnya kaki-kaki pengontrol pemilih Band dan tegangan tuning (tala) tuner dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu : (1) Tuner Analog, (2) Tuner Semi Digital, dan (3) Tuner Digital. Perbedaan mendasar dari tuner dengan sistem pengontrolan analog terhadap tuner dengan sistem pengontrolan digital adalah : Pada tuner dengan sistem pengontrolan digital, fungsi VT dan pemilih BAND di proses didalam tuner sehingga pin VT, VL, VH, dan VU yang ada pada tuner analog digantikan dengan pin SCL, SDA dan tegangan supply 33 Volt, Sedangkan untuk tuner dengan sistem pengontrolan semi digital, hanya pin pemilihan Band saja diproses didalam tuner, sehingga pin yang semula VL, VH, dan VU digantikan dengan pin B1 dan B2.

Trafo
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.  Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.
Secara umum, jenis-jenis travo yang paling sering digunakan pada rangkaian elektronika terbagi dua, yaitu trafo step-up dan trafo step-down.

Trafo step-up



Trafo step up adalah trafo yang mempunyai jumlah lilitan sekunder lebih banyak dibandingkan dengan lilitan primernya. Tranformator step up memiliki fungsi sebagai penaik tegangan AC. Anda dapat menemukan trafo jenis ini pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan dari generator yang digunakan untuk transmisi jarak jauh ke rumah-rumah.

Trafo step-down


Sedangkan trafo step down adalah jenis trafo yang mempunyai lilitan sekunder lebih sedikit dibanding dengan lilitan primernya. Trafo yang satu ini memiliki fungsi sebagai penurun tegangan bolak-balik atau tegangan AC. Anda dapat menemukan trafo jenis ini pada rangkaian-rangkaian elektronika sederhana seperti adaptor AC ke DC.

Kemudian, Jenis-jenis trafo jika ditunjukan berdasarkan kegunaannya adalah sebagai berikut:

Trafo Frekuensi Rendah
 Trafo frekuensi rendah merupakan trafo yang bekerja pada frekuensi audio (20Hz-20kHz) dan frekuensi diatasnya selama masih dalam cakupan frekuensi rendah. Ciri-ciri trafo yang bekerja pada frekuensi rendah biasanya menggunakan inti besi lunak, terutama untuk range frekuensi audio.
1.       Trafo adaptor



Trafo step-down yang ditambahkan dengan rangkaian penyearah untuk menghasilkan tegangan DC disebut juga dengan adaptor. Biasanya didalam sebuah adaptor yang bagus sudah dilengkapi dengan rangkaian regulator tegangan agar arus DC yang keluar lebih bersih (tidak menimbulkan dengung akibat arus AC yang bocor). trafo adaptor beserta rangkaian pendukungnya lazim digunakan oleh para hobi elektronika sebagai penganti baterai dalam pembuatan proyek rangkaian elektronika.

2.       Trafo input/output



Trafo output dan output disebut juga dengan trafo OT/IT. Trafo jenis ini digunakan untuk keperluan kopling audio pada rangkaian amplifier yang masih menggunakan sistem push-pull. trafo OT/IT saat ini masih dipakai pada amplifier merk TOA untuk keperluan gedung-gedung, tempat ibadah dan tempat-tempat lain yang dikhususkan untuk keperluan khalayak ramai. Biasanya amplifier jenis push-pull yang menggunakan trafo OT/IT akan dominan pada suara medium. Contoh trafo Output/Input adalah tipe OT240, IT240, OT426, IT426.

Trafo Frekuensi Menengah



Trafo frekuensi menengah disebut juga dengan trafo IF (Intermediate Frequency). Sesuai dengan namanya trafo jenis ini bekerja pada frekuensi menengah. Untuk Kegunaannya, trafo IF banyak dipakai pada radio-radio penerima AM/FM. Pada trafo IF sudah terdapat lilitan primer dan sekunder yang di paralel dengan sebuah kapasitor khusus untuk keperluan frekuensi menengah sehingga menjadi sebuah rangkaian resonansi L-C.

Frekuensi IF sudah ada standarisasinya, yang mana untuk keperluan AM (Amplitudo Modulation) frekuensi menengah yang digunakan adalah 455kHz, sedangkan untuk keperluan FM (Frequency Modulation) frekuensi menengah yang digunakan adalah 10,7 MHz.

Trafo Frekuensi Tinggi

Trafo jenis ini bekerja pada frekuensi tinggi yang banyak dipakai untuk keperluan pembangkitan frekuensi (osilator), lilitan resonansi, dan flyback pada rangkaian televisi tabung.

Trafo frekuensi tinggi yang digunakan untuk osilator disebut juga dengan spul osilator. Lilitan osilator yang lazim digunakan terdapat dua jenis, yaitu osilator Hartley dan osilator Coolpits.


Selain itu pada frekuensi tinggi, trafo jenis ini banyak digunakan sebagai trafo resonansi, yang mana trafo resonansi ini difungsikan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dan pemancarnya. Trafo resonansi ini disebut juga denga  spul antena.