Minggu, 09 April 2017
Kamis, 06 April 2017
SELF-TEST ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI
SelfTest
Halaman 107-108
12. Linear
power amplifiers are used to raise the power level of Low Level AM and SSB
Signals.
14. Linear
power amplifier operate class A,B, and
AB
15. A class A
transistor power amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is
27W. The power dissipated in the transistor is 13.5 W
16. Class A
amplifier conduct for 360 degrees of
a sine wave input.
17. True or
false. With no input, a class B amplifier does not conduct. FALSE
18. Class B
RF power amplifiers normally used a(n) Broadband
configuration.
19. A class C
amplifier conducts for approximatly 90
degrees to 150 degrees of the input
signal.
20. In a
class C amplifier, collector current flows in the form of positive pulses.
21. In a
class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) Timed Circuit.
22. The
efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23. The tuned
circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate Induced Voltage.
24. A class C
amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the
input frequency is called a(n) Flywheel
effect.
25. Frequency
multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5MHz.
The output is 120 MHz.
26. A class C
amplifier has DC supply voltage of 28 V and an average collector current of
1.8A. The power input is 50.4 W
SelfTest
Halaman 150-151
53. RF
amplifier provide initial RF Amplifier
and Mixer in a receiver but
also add Related Tune Circuits.
54. A
low-noise transistor preferred at microwave frequencies is the FET made of Metal Semiconductor.
55. Most of
the gain and selectivity in a superhet is obtained in the IF amplifier.
56. The
selectivity in an IF amplifier is usually produced by using Ferrite-core transformers between
stages.
57. The
bandwidth of a double-tuned transformer depends upon the degree of coupling between primary and secondary
windings.
58. In a
double-tuned circuit, minimum bandwidth is obtained with under coupling, maximum bandwidth with critical coupling and peak
output with over or optimum coupling.
59. An IF
amplifier that clips the positive and negative peaks of a signal is called a(n)
limiter.
60. Clipping
occurs in an amplifier because the transistor is driven by a high-level signal
into Single transistor stage.
61. The gain
of a bipolar class A amplifier can be varied by changing the positive peaks and
negative peaks.
62. The
overall RF-IF gain of a receiver is approximately 89 dB.
63. Using the
amplitude of the incoming signal to control the gain of the receiver is known
as AGC Voltage gen.
64. AGC
circuits vary the gain of the IF
amplifier.
65. The DC
AGC Voltage is derived from a(n) AGC circuit connected to the demodulator or IF
output.
66. Reverse
AGC is where a signal amplitude increase causes a(n) AGC Voltage in the IF
amplifier collector current.
67. Forward
AGC uses a signal amplitude increase to positive
voltage the collector current,which decreases the IF amplifier gain.
68. The AGC
of a differential amplifier is produced by controlling the current produced by
the Constant Current Source
transistor.
69. In
dual-gate MOSFET IF amplifier, the dc AGC Voltage is applied to the R1 to gate 2.
70. Another
name for AGC in an AM receiver is Dual
Gate MOSFET.
71. In an AM
receiver, the AGC voltage is derived from the IF Signal.
72. Large
input signals cause the gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73. An AFC circuit
corrects for frequency drift in the feedback
control circuit.
74. The AFC
DC control voltage is derived from the output
of the demodulator circuit in a receiver.
75. A(n) Demodulator is used in an AFC circuit
to vary the LO frequency.
76. A circuit
that blocks the audio until a signal is received is called a(n) squelch circuit.
77. Two types
of signals used to operate the squelch circuit are audiotone and audiosignal.
78. In a CTCS
system, a low-frequency frequency tone
is used to trigger the squelch
circuit.
79. A BFO is
required to receive CWCode and SSB
Signals.
RANGKUMAN ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI
Amplifier common-emitter(CE)
Amplifier CE dengan rangkaian output dan input adalah
kapasitor pemblokir dc dengan reaktans yang dapat diabaikan pada frekuensi
tmggi. Resistor bias RBIAS memasok arus bias ke base.
Rangkaian ekivalennya menggunakan rangkaian ekivalen hybrid- untuk transistor.
Dari rangkaian ekivalen resistans output transistor dan resistans beban-nya berada dalam
keadaan paralel dengan rangkaian tertala output. komponen pada Sisi outputnya dapat
dikelompokkan dalam satu bentuk admittans sebagai
Persamaan arus untuk simpul outputnya adalah
Dari ini gain voltage-nya adalah
ekspresi untuk gain menjadi
Admittans keluarannya dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
dimana
Term terakhir disisi sebelah kanan adalah kebalikan dari resistans dinamis ada rangkaian tertala saja,
tetapi termasuk kapasitans transistornya. Efek redam resistans ouput dan resistans beban transistor
diperhitungkan dalam penghitungan resistans dinamis efektif RD2 eff. Faktor Q efektif rangkaian output adalah :
Jadi gain dapat ditulis sebagai
Kopel
output
Hubungan ke pengeluaran rangkaian tertala dapat juga dikopel sedemikian rupa untuk mengurangi redaman.
Penguatan tegangan dari terminal b'—e ke output adalah :
Dimana:
Zt adalah impedans transfer
A’ adalah gain yang diacukan pada internal terminal b'—e.
Amplifier Common-base
Efek kapasitor umpan balik dapat dinul-kan sama sekali dengan menghubungkan transistor
dalam konfigurasi common-base tampak paralel dengan kapasitans output Cc dan karena itu tidak
menyumbang kepada kapasitans input.
Oleh karena itu maka resistans input untu rangkaian CB iauh lebih kecil daripada yang untuk
rangkaian CE yang diberikan oleh .
Resistans output untuk rangkan CE timbul di antara kollektor dan emitter. Ini lebih tinggi
daripada resistans output CE.
Karena nilainya yang sangat tinggi,resistans output dapat diabaikan bagi kebanyakan
maksud praktis. Karena itu gain arus
hubung pendek untuk amplifier CB adalah :
Pada resonansi tidak
ada pergeseran fase dengan amplifier CB,yang kontras dengan amplifier CE yang
menggeser fase 180. Besarnya gain itu
adalah kurang lebih sama bagi kedua konfigurasi. Penguatan daya tahap CB yang
tersedia lebih rendah dari yang untuk tahap CE, yang membatasi kegunaannya
sebagai amplifierujung depan.
Penguatan
Daya yang Tersedia
Penguatan daya tinggi tersedia diperlukan untuk mempertahankan faktor noise rendah dengan amplifier cascade (formula Friis).
Perkiraan mengenai penguatan daya amplifier CB dan CE tersedia itu dapat dibuat sbb. Daya tersedia dari sumber adalah :
Daya tersedia pada keluaran
Penguatan daya tersedia
Untuk kedua rangkaian CB maupun CE,
Karena resistans output transistornya tinggi dalam kedua kasus itu, maka resistans output kedua kasus itu
akan merupakan yang ada pada rangkaian tertala kolektor.
Penguatan daya tersedia untuk amplifier CE lebih besar dari pada amplifier CB. Oleh sebab itu maka amplifier CE
lebih disukai untuk tahap masukan pesawat penerima low-noise.
Amplifier Cascode
Amplifier common emitter dan common base dapat di kombinasikan untuk membentuk sebuah unit amplifier yang
mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil. Unit kombinasi ini dikenal sebagai amplifier cascode.
Sebuah amplifier cascode komponen biasnya dibuang untuk penyederhanaan. Transistor membawa
arus kolektor yang sama dan karena itu akan mempunyai transkonduktans yang sama pula. Beban efektif
yang tampak pada tahap CE adalah resistans input tahap CB. Input resistan tahap CB adalah maka secara keseluruhan amplifier
cascode itu memiliki ciri-ciri kinerja yang serupa dengan yang dimiliki oleh amplifier CE tetapi dengan kestabilan dan karena
itu penguatan tegangan tersedia tinggi.
Rangkaian Ekivalen hybrida- untuk FET
Field effect transistor (FET) lebih sederhana dari bipolar junction transistor (BJT)karena sangat tingginya impedans input yang
diberikan oleh gerbang kontrol. Eksternal terminal di beri label G untuk gate (gerbang), S untuk source (sumber), dan D untuk drain(pembuangan).
Kapasitans penala input adalah , kapasitans penala output adalah . Rangkaiannya dapat lebih jauh dikurangi lagi. Dimana
persamaan simpilnya dalam bentuk matrik adalah :
Atau
I = YV
Maka tegangannya
V = Y-1 I
Rangkaian pencampur (Mixer)
Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain.
Ada sejumlah alasan mengapa pengubahan frekuensi itu diperlukan,
dan kenyataannya sejumlah proses mixing dipergunakan dalam penerapan khusus,
yang tampil dengan nama berbeda. Modulasi,demodulasi,dan multiplikasi
frekuensi merupakan beberapa contoh ini, yang akan diliput dalam bab kemudian.
Istilah mixer pada umumnya dicadangkan untuk rangkaian yang mengubah sinyal
frekuensi radio ke suatu nilai madya (yang dikenal sebagai intermediate frequency atau IF).
Ciri umum rangkaian ini diliput dalam bagian ini.
Beberapa tipe mixer (terutama yang digunakan untuk microwave) tersedia dalam
bentuk unit paket, dengan masukan ports yang berlabel RF dan LO dan output port berlabel IF.
Dalam aplikasi hanya masukan RF dan output IF saialah yang siap untuk dapat dikenali.
Semua rangkaian mixer memanfaatkan kenyataan bahwa apabila dua sinyal sinusoidal
dikalikan bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yang dijumlahkan dan yang
dikurangkan atau selisihnya. Ini dapat diperagakan sebagai berikut. Biarkan sinyal osilatornya
direpresentasikan oleh
dan sinyal RF-nya oleh
Perkalian kedua sinyal itu memberikan
Akan terhihat bahwa tidak satupun dari kedua frekuensi masukan itu hadir dalam keluaran,
yang ada hanya frekuensi penjumlahan dan pengurangan saja.
Linear
amplifier dan kelas C amlipier
Terdapat 2 tipe dasar
dari power amplifier yng digunakan pada transmitter, yaitu :
1. AMPLIFIER LINEAR
LINEAR AMPLIFIER
menyediakan outputsignal yang identik, namun lebih besar dari input. Outputnya
secara langsng proporsional dengan input. Sehingga dapat dikatakan bahwa linear
amplifier menghasilkan gelombang yan tepat sama seperti input namun dengan daya
yang lebih tinggi. Linear amplifier biasa dingunakan sebagai amplifier audio.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara umum linear amplifier digunakan untuk meningkatkan daya dari
gelombang yang berbeda amplitudo seperti sinyal AM rendah dan sinyal SSB.
Sedangkan untuk sinyal termodulai frekuensi yang tidak mengalami perbedaan
amplitudo akan lebih cocok dan efisien jika menggunakan AMPLIFIER KELAS C NON-LINEAR.
LINEAR AMPLIFIER
memiliki 3 jenis kelas, yaitu :
-
Amplifier Kelas A
Merupakan amplifier
yang akan selalu aktif karna berada pada bias aktif. Hal tersebut diperuntukan
agar arus collector berubah-ubah sesuai dengan input yang diberikan. Sehingga
bisa dikatakan bahwa amplifier kelas A outputnya merupakan hasil penuatan
linear inputnya, dan pada umunya amplifier kelas menggunakan 360⁰
dari input gelombang sinus. Amplifier kelas A memiliki efisiensi paling rendah
sehingga penguatannya paling lemah dari kelas lainnya. Biasanya digunakan untuk
buffer amplifier.
Pada rangkaian buffer
amplifier ini input sinyal carrier masuk pada bagian capasitor, dan bias
diperoleh dari R1, R2 dan R3. Bagian collect di tala oleh rangkaina LC pada
frekuensi resonansi.
Amplifier kelas A daya
besar di desain untuk frekuensi tertentu, yang diset oleh input dan rangkaian
tala output.
Sebuah amplifier kelas
A dapat mencapai efisiensi hingga 50%. Sehungga hanya setengan daya DC yang di
konversi dalam bentuk RF.
-
Amplifier Kelas B
Amplifier kelas B
terbiaskan pada kondisi cut off sehingga tidak ada arus pada collector.
Transistor hanya menggunakan 180⁰
dari input sinyal sinus. Sehingga hanya setengah dari gelombang tersebut yang
mengalami penguatan. Amplifier ini bekerja dengan menggunakan dua buah penguat
kelas B yang dihubungkan dengan push-pull sehinga input positif dan negatif
dikuatkan secara serentak hal ini juga berguna untuk mengurangi distorsinyal
input. Amplifier kelas B lebih efisien dari A.Amplifier kelas B menggnakan
hubungan push-pull agara dapat menghasil daya yang lebih besar terkadang juga
menggunakan 2 amplifier yang dihubungkan secara paralel. Dikarenakan transistor
RF memiliki batas atas daya hingga ratusan watt.
Amplifier kelas B untuk
frekuensi broadband biasa menguatkan sinyal hingga level frekuensi yang besar
range antara 2 hingga 30 Mhz. Jika terdapat sinyal daya lemah atau SSB sinyal
dapat diolah hingga frekuen si yang dinginkan sebeleum masuk ke antena , karna
pada kelas B terhubung secara push-pull daya dapat ditingkatkan hingga ratusan
watt.
-
Kelas AB Amplifier
Amplifier ini bekerja
pada keadaan bias hampir cut0off. Sehingga collector tetap dialiri arus yang
kontinu. Amplifier ini menggunakan lebih dari 180⁰
namun kurang dari 360⁰ dari sinyal input. Amplifier
kelas AB juga terhubung dalam hubungan push-pull namun lebih efisien dari kelas
B Dan lebih linear.
2.
AMPLIFIER KELAS C
Amplifier kelas C lebih
cocok digunakan untuk gelombang yang dimodulasikan frekuensi. Dari seluruh
kelas amplifier, kelas C adalah kelas yang memiliki efisiensi terbaik.
Menghasilkan daya yang lebih baik. Dalam cara kerja amplifier kelas C ini
mendistorsi sinyal input sehingga, Amplifier kelas C menggunakan rangkaian
resonansi LC untuk mengurangi distorsi sinyal input. Amplifier kelas C
merupakan kunci dari transmitter AM dan FM. Biasa digunakan untuk menguatkan
daya sinyal pada driver, frequency mulitipliers, dan final amplifier.
MOSFET
AMPLIFIER
Salah satu bentuk
amplifier RF yang terhubung secara Push-pull adalah MOSFET Amplifier. Rangkaian
ini menggunakan 2 MOSFET daya dan dapat menghasilkan output hingga 1kWatt
dengan range frekuensi 1-90MHz, dengan gain 12 dB, dengan input sebesar 63
Watt. Pada rangkaian ini dibutuhkan trafo toroida pada bagian input dan output
untuk mencocokan impedansi. Namun rangkaina ini belum ditala.
AMPLIFIER
PADA RECEIVER
Pada receiver biasanya
terdapat RF Amplifier, mixer dan rangkaian penala. Disusun oleh omponen yang
memiliki noise rendah hal ini diperuntukan agar dapat mamastikan rasio S/N yang
cukup. Dibanyak receiver komunikasi RF biasanya tidak digunakan. Namun receiver
biasanya didesain untuk frekuensi yang lebih rendah dari 30MHz, karena gain
yang berlebih tidak dibutuhkan karna hanya akan memberikan banyak noise.
Sehingga amplifier RF biasanya tidak disertakan di receiver. Dan antena
tersambung langsung pada mixer input melalui rangkaian penala. Rangkaian penala
harus menyediakan kebutuhan pemilihan yang sesuai degan image rejection. Pada
receiver tipe ini mixer harus berjenis low-noise. Sekarang ini kebanyakan mixer
menggunakan MOSFET
Langganan:
Postingan (Atom)